0

Kenapa Memilih Daycare?

@InsaniMukhlisa

Ketika seorang ibu memilih suatu hal, pasti itu sudah dilakukan dengan berbagai pemikiran dan pertimbangan yang panjang. Ada ibu yang memilih stay di rumah bersama anak-anak, ada juga ibu yang memilih ingin mengaktualisasikan dirinya untuk bekerja di ruang publik, terlebih lagi ruang publik tersebut adalah pekerjaan yang ia inginkan dan ia idamkan.

Kedua pilihan tersebut tidaklah salah menurut saya. Keduanya benar, selama itu dilakukan atas izin suami.
Karena saya adalah ibu yang memilih bekerja di ruang publik sebutlah dengan istilah “Working Mom”, tentunya kita akan dihadapkan dengan beberapa pilihan dan kegalauan anak akan ditempatkan dimana selama kita  bekerja, siapa yang mengasuhnya dst.
Sebagai  keluarga yang jauh dari orang tua dan saudara tapi ingin (dan atau) harus bekerja, tentunya ada fase dimana saya merasa galau anakakan dititipkan ke siapa. Setidaknya ada beberapa pilihan saya saat itu :
  1. Anak bersama orang tua atau mertua
  2. Anak bersama pengasuh yang sudah dikenal dekat (baik dari kerabat, keluarga, tetangga dekat)
  3. Anak bersama pengasuh profesional (baby sitter)
  4. Anak di daycare
  5. Anak bersama dirumah 24 jam bersama ibunya, ibu harus resign dari kantor


Di antara kelima pilihan yang saya jabarkan di atas, sampai hari ini Sheena berusia 2.5 tahun, saya sudah merasakan point no 1, 2 dan 4.

Di awal masa bekerja pasca melahirkan mama dan mami mertua saya bergantian untuk datang ke Bekasi untuk mengasuh Sheena. Tapi, hal ini tidak bisa saya harapkan berkelanjutan, karena kedua orang tua memiliki tanggung jawab di Bukittinggi ataupun Ponorogo.  Selain itu, saya tidak ingin membebani orang tua, karena menurut hemat saya pribadi, orang tua sudah sangat penat membesarkan kita sampai hari ini, sebaiknya di hari-hari tuanya, mereka tidak disibukkan dengan kepayahan mengasuh anak kita (sekalipun  sebenarnya mama dan mertua saya menyukainya). 

Sampai akhirnya kami menemukan solusi menitipkan Sheena ke tetangga yang suaminya 1 kantor dengan saya dan suami. Saat itu usia Sheena 5 bulan. Alhamdulillah si ibu punya anak yang sudah besar-besar, dan tidak ada kegiatan apapun di rumah. Saat ini saya sangat bersyukur, karena saya sangat terbantu. Tapi inipun tidak saya lanjutkan, karena beberapa hal, akhirnya ketika usia Sheena 14 bulan saya mulai mencarikan Sheena tempat bermain baru. Bermodal cuti di kantor, saya nekad menjalani perumahan-perumahan di sekitar rumah untuk mencari beberapa kandidat tempat daycare. Dan saya cukup senang, karena saya memiliki banyak pilihan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin karena kami berdomisili di tempat yang banyak pekerjanya.


Oiya mungkin ada yang bertanya, kenapa saya lebih memilih daycare dibanding mencarikan pengasuh professional (baby sitter) Pertama, sulit sekali menemukan pengasuh yang cocok di hati. Bahkan ada yang berpendapat lebih susah mencari pengasuh yang pas dibanding mencari jodoh, hehe. Kedua, saya masih parno dengan berita-berita yang beredar di TV dan media sosial terkait banyaknya tindak kriminal yang dilakukan ke anak. Ketiga, saya kurang suka ada orang lain di luar keluarga dekat tinggal serumah dengan saya.


Bagi para Bunda yang senasib dengan saya, tenang aja, Bunda tidak sendirian kok. Saya menjatuhkan pilihan inipun dengan berderai air-mata, hehe.  Galau anak saya akan bagaimana, tapi semua saya pasrahkan pada Allah, saya percayakan semua pada Allah, satu hal keyakinan saya pada saat itu, saya bekerja untuk melakukan hal kebaikan, bukan berarti saya tidak cinta dan sayang dengan anak, tapi keyakinan saya, Allah pasti akan kasih saya jalan dan petunjuk ketika saya punya niat baik. Itu saja.

Melalui tulisan ini saya ingin berbagi sedikit tips untuk memilih daycare yang tepat bagi anak versi saya,
  1. Survey dulu beberapa daycare.  Jangan bermodalkan “katanya katanya” untuk hal se-priotritas ini. Dan gunakan feeling sebagai orang tua terkait daycare nya.
  2. Bertanya kepada sekitar, waktu itu saya bermodal bertanya ke satpam-satpam perumahan dan mereka memberitahukan tempat-tempat tersebut. Catatan : beberapa petugas tidak mengerti apa itu daycare. Mungkin coba menerjemahkan menjadi “tempat penitipan anak, taman bermain anak usia dini, dsb”.
  3. Pilihlah lokasi yang sejalan dengan aktifitas harian bunda, karena ini akan sangat memudahkan mobilisasi setiap hari ketika antar jemput anak.
  4. Wawancara Owner daycare dan pengasuhnya. Saat itu saya sudah punya list pertanyaan yang akan saya ajukan, tujuan saya agar saya bisa membaca apakah tempat ini layak untuk jadi rumah kedua anak saya atau tidak dan juga mengetahui bagaimana pola asuh mereka. Saya share juga ya list pertanyaannya di bawah ya.
  5. Biaya. Sesuaikan dengan budget keluarga. Berapa biaya bulanan, jika ada overtimenya bagaimana.
  6. Cari testimoni dari pihak sekitar terkait daycare. Waktu itu saya sampai menanyakan ke ibu-ibu sekitar daycare dan mba-mba salon sekitar daycare tersebut. Dan Alhamdulillah testimony mereka baik. Bahkan saya sempat menanyakan ke salah satu orang tua siswa daycare, ternyata ibu ini sudah menitipkan 2 anaknya disana. Saya berkesimpulan tempat tersebut cukup baik.
Pertanyaan untuk survey daycare :


1.    Apa latar belakang mereka mendirikan daycare. Saya ingin menggali seberapa serius mereka menjalani usaha ini. Saya ingin tau apakah pihak daycare semata untuk bisnis atau tidak.

2.   Apa latar pendidikan pengasuh daycarenya

3. Bagaimana pola asuh harian? Apakah ada jadwal yang mendisiplinkan anak? Jadi ada waktu yang jelas kapan anak bermain, belajar, nyusu, tidur, mandi dsb.

4. Berapa ratio pengasuh dibanding anak? Berapa kapasitas maksimal daycare?

5. Apakah daycare ini pro-ASI? JIka iya, saya tanyakan bagaimana mereka memenej ASInya. Karena saat itu saya masih memberikan full ASI ke Sheena. 

6. Bagaimana cara menidurkan anak? Saat itu ada yang mengingatkan saya, agar jangan memilih daycare karena ternyata ada “oknum” daycare lain yang menidurkan anak menggunakan obat penenang. Serem kan…

7. Hal apa yang selalu mereka tanamkan pada anak? Misalnya, kemandirian, berteman, berbagi, sosialisasi, dll. Bagaimana pengasuh berkomunikasi dengan anak? Apakah anak akan dimarahi atau dikasari ketika salah? Apakah anak dimanja atau diberikan ketegasan agar disiplin? Oiya cek juga pemakaian TV dan gadget di daycare. Saya menemukan waktu survey ada lho daycare yang waktu itu saya lihat sendiri sedang menayangkan FTV Indos*ar yang adegannya sangat lebay dan bahasa gak pantas didengar anak.

8. Coba gali juga pola makan disana seperti apa? Saya juga menanyakan daftar menu harian mereka untuk memastikan nutrisi apa yang diberikan pada anak-anak. 

9. Mainan edukatif apa saya yang mereka sediakan?

10. Bagaimana kebersihan makanan, arena bermain, ruang tidur, juga mainan.

11. Apakah ada kurikulum sekolahnya, atau ada agenda periodik untuk menunjang kegiatan di daycare.

12. Penanaman nilai agama Islam seperti apakah?

13. Pola komunikasi orang tua dan pengasuh seperti apa?

14. Obat-obatan yang mereka miliki untuk keadaan darurat?


Banyak ya list pertanyaan saya. Hehe.  Saya ampe bertanya ke sana 2 kali sesi, dan melanjutkan via whatsapp. Ini semua karena saya hanya ingin memastikan Sheena berada di tempat yang baik. 

Setelah diskusi lebih lanjut dengan suami (suami saya turut sertakam survey dan bertanya banyak ke pihak daycare), akhirnya  setelah saya seleksi, saya mendapatkan Islamic Daycare yang saat ini saya gunakan jasanya. Pengasuhnya berlatar belakang sarjana pendidikan anak usia dini. Saya mendapati tempat ini sederhana, tapi yang saya kagumi bagaimana anak-anak bisa sangat tertib bersama guru mereka. Selain itu Sheena sangat banyak perkembangannya di daycare. Dulu di awal-awal, Sheena adalah anak yang sungkan dan tertutup dengan orang baru, sejak di daycare Sheena lebih mudah bersosialisasi. Selain itu Sheena juga lebih mandiri untuk hal-hal simple yang bisa diajarkan ke anak se-usianya. Yang paling terasa, Sheena senang sekali makan tanpa disuapi. Di tempat Sheena, 1 pengasuh untuk 2-3 anak. Dan untuk biaya, menurut saya cukup reasonable dan logis. Karena makan siang dan sore ditanggung di daycare. Selain itu, yang saya sukai, daycare ini melakukan perhitungan sangat transparan. Jadi misalkan, jika saya overtime sebulan hanya 50 menit, ya saya akan bayar selama 50 menit, tidak dibulatkan 1 jam demikian. Selain itu pengasuh sangat terbuka dengan masukan dari orang tua. Pola komunikasi sangat intens, pihak daycare akan selalu melaporkan apa saja yang dialami Sheena baik hal baik dan juga hal buruk, entah kejedot , entah bisa baca Alfatihah, mulai bisa baca beberapa huruf Iqra, anak muntah, dsb. Jadi tidak ada yang ditutup-tutupi. Komunikasi via whatsapp dengan pihak daycare sangat sering. Oiya, pengasuh juga memberikan formulir pendaftaran berikut fotocopy ijazah PAUD dan KTP beliau kepada kami. Bagi saya, ini juga jaminan sih kalau suatu hari ada hal yang tidak diinginkan. Tapi, mudah-mudahan tidak ada ya. Aamiin.



Setahun sekali, daycare mengundang orang tua murid untuk silaturrahim daycare dan orang tua, selain itu ada penampilan seni dan bakat anak, dan juga laporan perkembangan anak. Jadi setiap anak akan dapat nominasi, siapa yang paling baik berkomunikasi, paling baik kemampuan sosialisasinya, yang mana kognitifnya menonjol, dsb. Jadi karena pengasuhnya lulusan PAUD, jadi mereka tau bagaimana menemukan bakat dan kemampuan anak sesuai usianya. Setahun sekali, daycare juga mengadakan field trip (nebeng ke TK mertua nya pengasuh daycare). Sheena pernah ikut field trip ke pabrik Inaco.


Tapi dibalik itu semua, tentunya ada kelebihan ada kekurangan. Kekurangannya :

  1. Anak ada potensi lebih mudah tertular penyakit (seperti :  common cold)/flu). Hal ini saya siasati dengan vaksinasi anak sesuai jadwal dan dengan meningkatkan imunitas anak baik dari makanan maupun suplemen tambahan. (oiya, saya memilih Sheena usia 14 bulan ke daycare, karena saya berpikir Sheena sudah komplit semua vaksin-vaksin yang penting dan utama).
  2. Orang tua harus berusaha lebih untuk antar jemput anak setiap hari. Sheena saya antar jam 06.00, saya jemput jam 16.30-an.
  3. Untuk anak yang punya sakit serius dan potensi besar menularkan, anak tidak dibolehkan masuk ke daycare, sehingga orang tua harus mencari alternatif untuk menjaga anak. Kalau saya biasanya cuti atau izin.
  4. Pekerjaan rumah dilakukan hanya berdua dengan suami. Ya, ini pilihan yang pasti terjadi, karena saya tidak punya ART atau Nanny. Tapi ini semua hanya berat di awal, lama-lama juga terbiasa dan tau bagaimana celah dan cara menghadapinya.

  5. Jika Bunda sudah fix untuk menempatkan anak di daycare, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi. Ini berdasarkan pengalaman saya saja ya..
    • Melow luar biasa karena meninggalkan anak dalam keadaan menangis. Ya namanya anak butuh adaptasi hal baru. Alhamdulillah Sheena menangis hanya 3-4 hari di awal saja. Hari berikutnya sudah lincah kemana kemari.
    • Bunda harus ikhlas dan berikan kepercayaan kepada pihak daycare. Saya meyakini antara anak dan ibu pasti ada ikatan batin yang kuat. Di awal-awal saya menangis karena antara rela dan tidak berpisah dengan anak, justru melow-melow ini yang juga membuat anak gelisah sehingga menyulitkan Sheena dan pengasuh saling beradaptasi. Ikhlas saja. Percayakan Allah akan menjaga anak kita.
    • Beberapa anak berdasarkan penuturan pengasuhnya sempat dikembalikan ke orang tua karena masa percobaan 1 bulan, anaknya selalu menangis dan frekuensi menangisnya tidak berkurang dari hari kehari dan tidak mau makan. Terkait hal ini, biasanya pihak daycare mengembalikan anak ke orang tuanya. Karena mungkin pihak daycare tidak mau anak tersebut kenapa-kenapa di daycare. Jadi, in case anak kita seperti ini, harus siap-siap cari opsi lain ya.

    Saya informasikan juga ya checklist barang bawaan Sheena setiap harinya :
    1. Sarapan pagi dan cemilan
    2. Susu (ASI, UHT)
    3. Pakaian (minimal 3 stel)
    4. Handuk
    5. Popok (saat ini Sheena blm lulus toilet training, daycare jg mendukung anak untuk toilet training)
    6. Mukena
    7. Sepatu / Sandal
    8. Tempat Minum
    9. Pakaian Muslim (hari Jum'at)
    10. Infaq (hari Jum'at)
    11. Shampoo & Sabun (sikat gigi disediakan dari Daycare)

    OK, sekian sharing dari Bunda Sheena. Semoga ada manfaat ya dari tulisan ini.
    Terakhir dari saya, dari segala hal yang saya alami soal daycare-daycare ini, saya mendapat hikmah
    Terkadang kita memiliki kekhawatiran-kekhawatiran yang berlebihan akan sesuatu hal yang belum terjadi. Kekhawatiran ini yang kadang membuat kita tidak merasa lega dan yakin menapak ke depan. Yakinilah, dimana ada kemauan, disitu Allah akan tunjukkan jalan. Asalkan niatnya baik dan tulus, prosesnya diiringi keikhlasan, percaya saja Allah akan tunjukkan jalan-jalanNya.

    Wassalam.

    Bekasi, 25 Juni 2018

    Bunda Sheena
    Back to Top