0

.

Akhir-akhir ini betapa kurasakan. Seluruh dunia begitu menginginkan aku berubah jadi lebih baik.

Ayo..
Sadar..
Buka mata hati..

190712, 17.45

0

Eureka #1

Gengsi macam apa ini..
Bahkan untuk mengungkap rasa cinta saja aku tak begitu mampu..

Padahal aku tau.. aku sadar.. jauh dalam hatiku, aku sangat menyayangimu..

Diamku bukan berarti aku tak memikirkamu..

Maaf atas kekurangperhatianku..

Maaf atas segala kekurangpekaanku terhadap yang kau mau..

Maaf atas cemburu-cemburu itu..

Maaf atas ketidaksuksesanku jadi pendengar yang baik untukmu..

Maaf atas segala ketidakberkenanan yang ku perbuat

Maafkan..

Ternyata ego ku sering mengalahkanku..

Entahlah..
Harus ku katakan sekarang..
Kau begitu spesial di hatiku..

Harus ku tulis..

Karena rasa sayangku tak bisa kuungkapkan langsung padamu..

Tapi aku senang padamu..
Kau begitu banyak berubah menjadi lebih baik..
Tanpa aku minta atau aku suruh-suruh..

Mungkin kau bertanya-tanya.. Kenapa aku tidak begitu mentrigger-mu menjadi begini begitu..
Suatu hari akan kuberi tau jawabnya padamu..

Untuk segala daya upayamu.. Aku yakin Allah sedang mendekap erat mimpi-mimpimu..
Bersabar dan berusaha saja.. Kalau kata temanku, semua akan indah pada waktunya..

#Jangan salah artikan tulisan ini. Ini bukan galau.

12 Juli 2012, 02.15
Di bawah naungan langit malam RQ

0

Jangan salah bro, di Die Casting Kami juga Belajar Tentang Kehidupan


Bismillahirrahmaanirrahiim..

Minggu malam.. Wah enaknya ngapain ya.. Nuliis.. Rasanya sudah lama aku tidak benar-benar memberdayakan blog-ku ini. Kali ini aku akan berbagi sedikit tentang pengalamanku belajar di tempat KP (Kerja Praktik).

Awalnya, aku sempat mengurusi untuk KP di Pertamina Dumai dan alhamdulillah aku sudah diterima di sana. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku banting stir untuk pindah KP ke PT. AHM di Sunter sekalian ikut proyek bareng seniorku di sana di bawah bimbingan Prof. Bondan.

Banyak pihak yang menyesalkan kenapa aku pindah dari Pertamina terutama kakak dan ibu. Secara itu perusahaan oil dan gas yang banyak orang berpikiran tantangan di sana cukup besar dan pastinya kantong bisa tebal (hahaha :p). Mungkin beliau berharap suatu hari jika aku bekerja di sana setidaknya aku sedikit banyak sudah tau medan juangnya seperti apa (yeay :p). Tapi aku memilih atas kesadaranku sendiri, atas kemauanku sendiri, insyaAllah aku akan bertanggung jawab atasnya. ^^

Di PT AHM aku bersama empat orang temanku yang lain ditempatkan di Low Press Die Casting (LPDC) di bagian Engineering Design. Tak jarang kami melancong ke divisi lain seperti divisi polimer, machining, assembly, dll. Di lain sesi nanti aku jelaskan ya apa itu LPDC (mudah-mudahan gak kelupaan).

Alhamdulillah, Allah telah memberikan aku peluang lebih dari orang lain. Bertemu orang-orang yang cukup hebat menurutku. Berkat adanya bantuan Kak Azi Fallah, kami cukup tertolong. Beliau sangat baik pada kami. Di kantor banyak yang membimbing kami, ada Pak Nur Hadianto (bos nya deh di kantor kami), Pak Dwi, Pak Arif, Pak Bambang, Pak Edi, dan banyak lagi yang lainnya.. Bersyukur rasanya, aku di sana tidak saja diterjunkan untuk belajar proses die casting itu sendiri tapi di sana kami juga diajarkan pelajaran kehidupan. Seriusan, menurutku ini sangat limited edition di bangku kuliah.

Pernah suatu ketika, aku berbincang dengan Pak Dwi. Nasihat terucap dari mulutnya yang aku bahasakan dengan bahasa ku sendiri. Persisnya aku lupa..

“Saya tau kalian datang ke sini sudah membawa bekal. Ilmu-ilmu di kampus yang kalian pelajari sudah cukuplah. Bisa jadi kalian lebih berilmu daripada kami yang di sini. Hitungan matematis, teori, masalah yang mungkin terjadi dan apa solusinya mungkin kalian sudah tau. Tapi jadilah kalian seperti botol kosong. Yang mampu menampung apa saja ilmu yang bisa kalian ingin dapatkan. Jauhkan segala kesombongan dalam diri kalian karena itu yang akan menghambat pengetahuan datang pada kalian. Galilah terus. Jangan kalian merasa cepat puas. Bisa jadi semakin dalam kalian menggali, kalian akan menemukan banyak hal. Bisa jadi di kedalaman tertentu kalian temukan daun. Jika kalian mau lebih berusaha menggali lagi, bisa jadi kalian temukan akar pepohonan. Seandainya kalian terus melakukan hal yang sama jangan-jangan kalian menemukan mineral mulia di sana. Itulah hakikat ilmu. Jangan cepat kalian merasa puas. Serap ilmu dari siapa saja, jangan malu bertanya ke siapa pun itu. Dan suatu hari kalian akan tampil menjadi orang yang berpemahaman mantap”

The Minds is Like A Parachute. It Only works when It’s Open”


Jadi pelecut untuk diriku atas ucapan Pak Dwi. Fyuuh... Jangan-jangan aku selama ini sombong dalam menuntut ilmu, merasa sudah bisa, puas dengan yang ada. Astaghfirullah..

Belajar Loyalitas dari Mereka

Tak jarang kami melakukan interview kepada semua elemen pendukung di die casting division, Operator, teknisi, sampai kepala seksi (istilah bos di sana) kami ajak berbicara.

Di perusahaan Jepang aku belajar tentang loyalitas dan keikhlasan. Mungkin di perusahaan dari belahan dunia lain juga ada, tapi berhubung ini pengalaman pertama bekerja, ya aku jelaskan tentang Jepang aja ya..

Konon katanya, perusahaan Jepang lebih baik merekrut dan mendidik orang yang sama sekali tidak tau sampai dia mampu melakukan suatu pekerjaan ketimbang dia harus merekrut orang dari luar yang sudah punya kemampuan sebelumnya. Mungkin ada hubungannya sama UUD kali ya (UUD = Ujung-Ujungnya Duit). Tentunya ini membutuhkan proses yang tidak sebentar, bukan? Tak jarang kami menemui para karyawan dan menanyakan “Maaf, bapak sudah berapa lama kerja disini”. Jawabannya beragam. Ada yang mengatakan 10 tahun, 22 tahun, 30 tahun, dsb. Tentu ini bukan bilangan yang kecil, ya kan?

Pernah suatu ketika sebuah percakapan berlangsung di antara kami, lagi-lagi aku tidak cuma belajar sekadar die casting . Tapi juga belajar kehidupan.

A : Pak, udah berapa lama kerja di sini? B : Baru 22 tahun.. A : Wow! Gimana cara bapak bisa gak bosen mengerjakan hal yg sama setiap hari sampai puluhan tahun? A : Bosen pasti ada.. tapi itu semua dijalani saja.. Yang penting IKHLASH dan MENCINTAI PEKERJAAN... B : (diam, mikir... ternyata saya belum ada apa apa nya dibanding mereka...)

Aku tidak tau pasti apa motivasi mereka di sana. Entah itu anak istri, atau faktor-faktor lain yang mungkin aku belum bisa membacanya atau mungkin karena tidak ada pilihan lain. Yang jelas dari mereka aku belajar arti sebuah kesetiaan.

Ngomong soal loyalitas, seorang teman baikku tiba-tiba bertanya tentang militansi dan loyalitas. Gak ada angin gak ada ujan, eh tiba-tiba nanya begitu. :3. Menurutku militansi dan loyalitas merupakan tahapan. Ketika seorang sudah militan, ia bisa memiliki keloyalitasan. Belum tentu orang yang militan dia loyal, tapi orang yang loyal biasanya militan. Menurutku, militansi adalah kemauan untuk bersungguh melakukan sesuatu. Sedang loyalitas adalah suatu bentuk pengerahkan segala bentuk dukungan yang bisa diberikan untuk suatu tujuan kelompok.

Makna Sebuah Improvement

Ada sebuah “tuntutan: untuk karyawan baru di AHM untuk melakukan improvement yang bisa menguntungkan perusahaan. Aku pikir tidak saja AHM, pasti perusahaan lain juga memberikan tuntutan yang sama. Di beberapa kesempatan kami senang bertanya apa saja masalah yang terjadi di sini? Apa saja bentuk solusinya. Bentuk improvisasi yang pernah dilakukan apa saja. Ya sepik-sepik gitu lah ya.. haha :P Dengan tegas Pak Bambang (Kepala Seksi bagian Dies Maintenance) mengatakan :

“Sekecil apapun perubahan yang dilakukan adalah improvement! Operator paling barupun bisa melakukan improvement. Tak perlu besar dan terkesan high class, yang jelas improvement adalah bentuk perubahan yang mengarah ke arah perbaikan”.

Yap betul, Pak! Saya sangat sepakat. Terkadang kita selalu berpikir untuk melakukan perubahan besar yang bisa dilakukan terhadap satu hal, tapi di sisi lain kita melupakan untuk melakukan perubahan-perubahan kecil yang bisa jadi dari hal kecil itulah perubahan besar itu bermula"

---- Ya aku baru 2 pekan bekerja di tempat KP. Banyak cerita menarik lainnya. Berharap besok dan seterusnya ada cerita baru yang menggugah semangatku. Kalau ada kesempatan aku akan ceritakan tentang pengalamanku di klakson-klakson ketika di assembly division. Ini sangat tidak mengenakkan..

Wah sudah cukup malam.. Aku sudahi dulu tulisan ini ya.. Ambil saja yang baik-baiknya..

Terima kasih sudah membacanya.. Wassalaam ^^
2

Ketika Maut Terasa Begitu Dekat


Kali ini aku akan bercerita tentang pengalaman ekskursi (Kunjungan Industri) ku April 2012 lalu. Ya bisa dikatakan itu bukan perjalanan kunjungan industri, tapi lebih tepatnya jalan-jalan angkatan.


Saat itu pertama kali ku injakkan kakiku di Pantai Pangandaran. Pantai yang cukup indah. Dipagi harinya, aku sengaja bangun pagi di antara teman-temanku dan bersiap-siap untuk jalan ke pinggiran pantai.. Sejuk.. Indah.. Tapi ya agak menyedihkan karena sampah-sampah anorganik berserakkan di pinggiran pantai.. Tempatnya boleh dibilang tidak cukup ramai.. Sepi.. (yaiyalah, masih pagi gitu)..

Sebenarnya bukan ini yang ingin aku ceritakan.. Tapi yang akan aku ceritakan saat berada di Green Canyon, daerah Pangandaran juga..

Saat itu aku dan beberapa temanku (Exorta, Lita, Bima dan Fadlan) berada dalam satu perahu untuk mencapai Green Canyon. Subhanallah, tempat yang indah. Kami menyusuri sungai yang cukup lebar. Nama sungainya apa ya? Maaf, aku lupa.. Yang pasti sungai itu bermuara ke Pangandaran. Kata Bapak2 yang mengendarai perahunya, sungai itu ada buayanya juga.. Wow sereem juga..


Saat itu di antara akhwat-akhwat lain hanya aku saja yang memberanikan diri untuk ikut menjelajah sungai yang cukup deras alirannya.. Sari, Wendi dan Maya memilih untuk tidak ikut basah-basahan.. Yah padahal kamu ga dapat serunya kalau ga ikutan ke Green Canyon..

Dan itulah saat perjuangan itu dimulai.. Berada di antara batu-batu karang yang besar, dan berjuang melawan arus yang sangat deras. Bahkan kami harus bertabrakan dengan batu-batu tersebut.. Mungkin karena airnya cukup dingin, sensor rasa sakit di bawah kulit kami tidak lagi peka merasakan kesakitan.. Tapi itulah serunya.. Sesama cemet (cewek metal) kami saling membantu mengatasi kesulitan-kesulitan mengarungi arus deras..


Sampai suatu ketika kami sampai di tempat yang dituju.. Bisa dibilang lembah mungkin ya.. Ada air terjun yang tinggi dan batuan yang terjal di sana.. Kami saling berpacu untuk mencapai puncak batuan, agar bisa terjun dari ketinggian ke sungai.. Di sana kami bisa berfoto-foto.. Aku gak begitu tau, kenapa bisa ya teman-temanku bawa kamera ya.. Padahal kan basah-basahan gitu.. Kecuali kameranya dibungkus plastik atau kamera nya water resistant.

Entah kenapa saat itu aku merasa ingin balik pulang..Mungkin karena mulai bosan dan capek.. Untuk pulang kami tidak harus bersusah-payah mengeluarkan tenaga untuk melawan arus, tapi kami cukup mengendalikan tubuh kami mengikuti arus itu sendiri dan menghindar dari batu-batu karang yang bisa saja membuat kepala kami terluka jika tertabrak. Sayaaang sekali saat itu kami tidak diberikan perlengkapan helm tapi cuma dibekali pelampung badan. Gak safety banget ya..

Entah kekuatan apa yang membuatku untuk berani balik sendirian. Padahal sudah diperingatkan oleh teman-teman dan pendamping agar balik bersama-sama.. dasar bandel ya.. Padahal untuk bisa berenang saja aku belum mampu. Driving force itu datang begitu saja ketika melihat ada 2 orang yang duluan menyusuri arus. Dalam pikiranku, “Ah dia saja bisa, kenapa aku tidak?”. Ya mungkin inilah kesombonganku dengan mengganggap aku mampu melakukannya dengan gampang..

Detik 1, 2, 3 ya aku masih bisa mengendalikan arus dengan tanganku. Sampai di satu titik aku tidak bergerak sama sekali, karena mungkin ada pusaran arus yang diam di sana.. Aku mencoba berpindah sedikit agar bisa mendapati arus yang bergerak.. Dan sampailah saat itu.. Saat Allah benar-benar ingin mengujiku dengan kekuatannya yang Maha Dahsyat. Seketika air yang awalnya biasa-biasa saja berubah menjadi aliran yang sangat deras.. Deras sekali... Aku terseret.. Sangat dalam.. Sangat jauh... Aku berada di dalam air.. Meneguk cukup banyak air sungai.. Aku cuma berteriak : “Tolooooong..”. Berharap ada yang membantuku. Tapi sayang teman-temanku cuma bisa melihatku dari kejauhan ketika aku terseret begitu jauh.. Sampai tubuhku kembali ke permukaan. Tapi tak cukup sampai demikian.. Allah belum selesai mengujiku.. Aku kembali Dia tenggelam-hanyutkan semakin jauh.. Aku tak sadarkan diri. Semua gelap.. Aku pasrah.. Aku berkata saat itu, “Mautku sudah dekat, jika ini saatnya Rabb, ambillah aku...”. Ya cuma gelap... Sepertinya saat itu rasanya nyawaku sempat dicabut dari tubuhku karena sungguh aku tidak merasakan apa-apa lagi.. Hitam. Itu saja.

Sampai akhirnya aku tersadar seperti ada yang membangunkanku. Ini membuatku berpikir untuk mendekati pinggiran sungai, Allah menolongku, Dia hadirkan kekuatan untukku untuk berjuang menyelamatkan diri sendiri.. Saat itu aku cuma berpikir aku harus selamat.. Aku tidak ingin orang tuaku sedih karenaku karena mendapati anaknya tidak pulang dalam keadaan yang selamat.. Aku mencoba meraih dinding karang yang cukup tajam, mencari sekat-sekat antar batuan yang mungkin untuk dijadikan tempat bertahan.. Tidak mudah.. Karena aku harus melawan arus yang cukup deras.. Agaknya tanganku luka dan kram.. Jika aku hilang kendali batu-batu terjal siap untuk menghantam kepalaku.. Sampai akhirnya ada batuan yang bisa dijadikan untuk bertahan sejenak tapi aku tak cukup kuat karena sebagian badanku terbawa arus, tanganku tak cukup tangguh menahannya dan aku sengaja melepaskan tangan.. Aku ikuti saja arus itu, perlahan-lahan arus air mulai tidak lagi deras.. Aku mulai bisa mengendalikannya.. Sampai akhirnya aku sampai dipenantian para awak perahu..

Alhamdulillah, detik ini aku masih diberi kesempatan untuk hidup sampai tulisan ini akhirnya bisa aku rampungkan.. -------------------

Ya Allah hari itu Kau ajarkan aku sebuah pelajaran yang sangat mahal dan berharga tentang kematian.. Kau ajarkan aku agar setiap saat maut mengikutiku.. Malaikat maut tidak akan pernah mengirimkan sms jarkom padaku untuk memberitauku ; "Insani Mukhlisa, kamu dalam sekian detik akan aku cabut nyawamu. Siap-siap ya". Impossible.. Malaikat akan datang tanpa pemberitahuan.. Yang perlu kita tau dan sadari maut itu sangat dekat..

" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan" (QS Al-Ankabut:57).

“Di mana pun kamu berada kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh” (QS. An-Nisaa : 78)

“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehi-dupan yang memperdaya-kan”. (QS. Ali-Imran: 185)


Tak peduli aku siapa. Tak peduli aku sedang apa. Tak peduli sudah seberapa amalku. Yang Kau mau jika waktu yang sudah tercatat di Lauhul Mahfudz itu datang masanya, aku sudah harus siap.. Apapun kondisinya..

Mulai saat ini mari kita rencanakan kematian kita.. Bekal apa yang telah kita persiapkan..

Alhamdulillah aku telah mendapat pelajaran berharga ini.. Sengaja aku abadikan, semoga ketika suatu hari seandainya aku tampak malas-malasan atau futhur, aku bisa membukanya kembali dan kembali diingatkan bahwa Allah pernah mencambukku dengan keras tentang kematian..

Sejak saat itu, ketika teman-temanku mendapat nominasi “terbaik lah, terpintar dsb”, aku mendapat panggilan “Yang Terhanyut Inez”.. Hahaha
Back to Top