0

Rumah Para Bintang (To All of my classmates GP3-Kelas 7)

Sebuah tulisan untuk apresiasi diri dan teman sekelas, Gemari Pratama Angkatan 3, Kelas 7.
Ditulis oleh Insani Mukhlisa untuk Buku Kenangan. 
-------------------------------------------------------------------------------------
Adalah benar bahwa setiap kita terlahir sebagai bintang. Walaupun ia terlihat kecil di langit, namun ia tetap memancarkan cahayanya yang kerlap-kerlip  tersebar diantara bentangan langit yang maha luas. Kini aku akan menarasikan tentang sebuah kisah para bintang. Kisah ini tentang sebuah komunitas yang bertajuk Gemar Rapi. Mereka yang berada di dalamnya adalah sekumpulan orang-orang yang mendambakan rumah yang rapi, sehat dan tentunya juga menetramkan jiwa penghuninya. Merekalah para bintang yang ingin kuceritakan dalam kisah ini.

Pada mulanya, mereka memiliki kesamaan cita-cita untuk menghadirkan kenyamanan dalam rumah mereka. Walaupun mereka berasal dari beraneka latar belakang, hal ini tidak sedikitpun menyurutkan keinginan mereka untuk bertransformasi menjadi diri yang lebih baik.

Perlahan tapi pasti bersama komunitas dan sesama teman, mereka bertukar pengalaman untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi disetiap tahapan pencapaian visi bersama mereka. Karena perjalanan ini tidak dilakukan sendiri, layaknya sebuah bintang di langit, mereka selalu berbagi tempat dengan ribuan bintang lain di langit yang sama. Mereka bukanlah orang-orang yang egois, tapi mereka adalah sekumpulan orang yang senang berbagi. 

Mungkin sebagian besar dari mereka menghadapi kebingungan, kesulitan dan dilema ketika menjalani perannya masing-masing. Aku harus mulai dari mana, kenapa banyak sekali yang berserakkan, kenapa aku lelah sekali menjalani kegiatan berbenah ini yang tidak tuntas-tuntas, dan ada sejuta pertanyaan bernada yang sama di awal pertemuan. Perlahan tapi pasti, satu persatu, simpul demi simpul keruwetan itu berhasil mereka urai. Tak jarang sesama mereka memberi bantuan dan support atau bahkan hanya memberikan sticker whatsapp pemberi semangat. Tapi, itu sangat berarti untuk turut menularkan energi positif pada yang lainnya. Layaknya bintang, merekapun  mulai berformasi menjadi rasi bintang yang indah karena kerja sama  dan dukungan satu dan lainnya.

Ibarat sebuah perjalanan yang jauh dan memakan waktu yang panjang, menjadi hal yang manusiawi dan lumrah jika ada yang merasa lelah menyelesaikan misi pencapaian asa mereka. Kesibukan di dunia nyata mereka kerap membuat dilema bagaimana mereka menetukan prioritas. Bersyukur seorang fasilitator para bintang tanpa bosan-bosannya mengajarkan apa pentingnya menjaga “Kandang Waktu” sehingga mereka bisa tetap produktif, mudah memilah dan memilih mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.

Tak jarang juga di antara mereka ingin berhenti di tengah jalan. Namun, kembali mereka diingatkan bahwa ada sebuah kutipan yang luar biasa membakar semangat mereka. “When you feel like quitting, think about why you started”. Sebuah kutipan pelecut semangat mereka, bahwa dulu mereka pernah bersusah payah memberanikan diri menjadi bagian dari rumah bintang. Mereka pulalah yang harus menuntaskan semuanya hingga akhir.
Ibarat sebuah perjalanan pula, mungkin beberapa dari mereka juga mengalami kesalahan-kesalahan. Tapi hal itu tidak membuat mereka berkecil hati. Dari kesalahan itu mereka melakukan refleksi. Karena mereka menyadari bahwa “Reflection is looking back, so the view looking forward is even clearer”. Adalah penting melihat apa yang terjadi sebelumnya agar mereka bisa terus bangkit berbenah diri, memperbaiki kesalahan, memantapkan hati menjadi pribadi-pribadi yang lebih bersinar layaknya bintang sesungguhnya yang mencoba memantaskan diri untuk menjadi sebaik-baiknya manusia agar tercapainya tujuan penciptaan.

Tak jarang selama proses itu, mereka meninggalkan zona nyamannya. Mereka mencoba pola baru dalam hidup mereka dan mengganti mindset hidup mereka perlahan-lahan. Bahwa yang cukup itu adalah lebih menenangkan. Jumlah berlebih kadang lebih merepotkan. Mereka mulai berpikir berkali-kali untuk membeli barang karena sadar semua barang akan ada hisabnya nanti di akhirat.

Karena rumah bintang inilah mereka berinstrospeksi diri tentang kebesaran dan keikhlasan hati. Bahwa apa yang dimiliki bukanlah sepenuhnya milik mereka. Don't just de-clutter, de-own. Jika tidak menghadirkan manfaat dan kebahagiaan, kenapa harus mempertahankan banyak hal yang pada akhirnya menimbulkan masalah yang bertumpuk dan tidak berkesudahan pada rumah mereka. 

Selamat untuk mereka para bintang yang telah berhasil “breaking the wall”  dan melepas belenggu dalam diri mereka pada tahapan ini. Mereka berhasil menaklukkan tantangan demi tantangan. Dan sampailah waktu untuk para bintang kembali ke rumah mereka masing-masing. Selayaknya sebuah bintang, ia memiliki cahayanya sendiri sehingga dengan kemampuannya sendiri ia dapat memancarkan sinarnya. Ini saatnya battle mereka sesungguhnya, bagaimana mereka menghadirkan cahaya ke rumah mereka masing-masing dan mempertahankan apa nilai positif yang mereka dapat selama di rumah bintang.

Back to Top