0

Repost : Menjadi Menteri??

Tulisan ini pernah saya post d FB saya, 


Hampir sepanjang hari saya habiskan di metal. Yah, metal, jurusan yang nyaris hampir semua makhluk di dalamnya dari kaum Adam, walaupun masih kalah saing jumlahnya dengan Teknik Mesin. Saat ini perbandingan laki-laki dan wanitanya 62:18. Berkumpul dengan “anak-metal09”, yang membuatku kerapkali berpikiran “enak bener ya jadi laki-laki, mau apa-apa gampang, ga ribet kayak perempuan, sekarang aja contohnya, mustek (musholla teknik) rusak, kelabakan deh nyiasatin tempat shalat buat akhwat”. Ada lagi nih, “laki-laki mah enak, kalau ngantuk ya tinggal tidur di mana aja, pulang telat, it’s Ok, ga pulang sekalianpun, juga ga papa!”. Saya yakin yang merasakan hal demikian tidak saya sendiri.

Nah, usut diusut, dibalik pemikiran seperti itu, saya jadi berbahagia terlahir sebagai wanita. Ada yang mengatakan wanita adalah setengah bagian dari bangsa, yang pengaruhnya sangat dominan. Dan juga wanita adalah madrasah pertama yang bisa dikatakan punya fungsi pengkaderan terhadap keberlangsungan generasi.

Sekarang usut lebih dalam lagi nih, bagaimana Islam memandang hal ini? Sebagai agama Rahmataan lil ‘alamiin, Islam sangat memberikan perhatian khusus pada kaum Hawa. Betapa Islam sangat mengangkat derjat wanita sehingga menjadikannya sederjat dengan pria dalam hal hak dan kewajibannya. Islam mengakui seluruh hak-hak personal kaum wanita. Mulai dari hak-hak privat sampai ke hak berpolitik. Islam juga menepis semua anggapan dan budaya yang merandahkan kaum perempuan dan perempuan dijadikan budak peradaban. Mungkin tak luput dari ingatan kita mengenai contoh yang paling fenomenal pada masa jahiliyah dimana anak perempuan dikubur hidup-hidup. Fisik wanita yang halus lagi lemah lembut merefleksikan bahwa wanita adalah makhluk yang lemah, bisa dijadikan sebagai komoditas “the slave market” (pasar budak). Na’uzubillah…

Nabi bersabda : “Barangsiapa yang memiliki anak perempuan kemudian diberi pendidikan dengan sebaik-baik pendidikan kelak anak ini akan menjadi tabir dari siksa api neraka” . di hadits yang lain disebutkan, “Orang yang mulia adalah orang yang memuliakan wanita”.
Adanya ketimpangan peran sosial antara laki-laki dan perempuan ini mungkin pemicu yang menyebabkan nabi bersabda demikian (hehe,, menyimpulkan sendiri). Begitulah Nabi memuliakan wanita dan memberi mereka dengan perlakuan dengan sebaik-baik perlakuan dan tak lupa memperhatikan perasaan kaum wanita.

Tapi apa yang terjadi sekarang, adanya pandangan di masyarakat yang mengharuskan perempuan untuk stay di rumah saja, sedangkan tugas di luar rumah adalah tugas para laki-laki masih belum memudar. Nah, apa akibatnya? Perempuan tak lagi berkesempatan untuk menempuh pendidikan yang layak didapatkannya. Padahal, pendidikan adalah bekal yang sangat krusial untuk mempersiapkan diri sebagai istri dan melahirkan generasi-generasi yang memegang tongkat estafet kejayaan sebuah generasi. Benar atau betul..???

Teman-teman bisa m

elihat, perbedaan pandangan ini lambat laun menjadi kultur yang tertancap di pemikiran masyarakat. Hal ini membuat wanita kerap dipusingkan dengan dilema persimpangan jalan. Apakah ingin terus meng-upgrade dirinya, atau tetap berkutat dengan jatidirinya. Mungkin ini sudah menjadi aksioma bahwa wanita hanya mengurus rumah dan mendidik anak. Kenyataanya betapa banyak wanita yang meninggalkan rumah dengan dalih ingin mengaktualisasikan dirinya, dan betapa banyak pula adanya cerai rumah tangga, dan anak menjadi korban broken home. Ujung-ujungnya, kita meragukan generasi semacam apa yang bisa dilahirkan dengan kehidupan yang seperti ini.

Sekarang mari kita sedikit menilik ke masa lalu. Siapa yang tidak kenal Siti Aisyah R A yang cerdas, kritis, dan dalam pengetahuannya. Bahkan ada ungkapan dari sebagian ulama, “Ambillah sebagian pengetahuan agama kalian dari AlHumairah (Aisyah)”.

Kemudian tersebutlah nama Ummu Salamah r.a. wanita cantik, cerdas, dan dermawan. Kecantikannya membuat Aisyah r.a. dan Hafshah r.a. cemburu ketika Rasulullah saw menikahinya.

Kecerdasan dan kematangan berpikirnya terbukti dalam kejadian yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad r.a. dan Al-Bukhari r.a. berikut. Setelah Rasulullah saw melakukan Perjanjian Hudaibiyah, banyak kaum muslimin yang meragukan perjanjian tersebut karena dianggap lebih menguntungkan kaum musyrikin Quraisy di Mekah ketimbang kaum muslimin.

Ketika Rasulullah saw. menyeru para sahabatnya, "Hendaklah kalian bangkit untuk menyembelih unta kalian dan mencukur rambut!" Tak seorang pun dari kaum muslimin yang melakukannya, bahkan ketika Rasulullah saw. mengulangi sabdanya hingga ketiga kali.

Rasulullah saw. masuk ke dalam rumah dengan lunglai dan menemui Ummu Salamah r.a. Beliau menceritakan sikap para sahabat yang tidak mematuhinya.

Kemudian wanita cerdas itu memberi saran, "Wahai Rasulullah. Adakah engkau menginginkan sesuatu? Keluarlah engkau tanpa bicara sepatah kata pun, lalu sembelihlah untamu dan panggilah tukang cukur agar mencukur rambutmu!"

Rasulullah saw. akhirnya keluar rumah dan mengikuti saran istrinya. Ketika kaum muslimin menyaksikan beliau menyembelih unta dan mencukur rambut, mereka serentak bangkit untuk menyembelih untanya.

Sementara itu, sebagian yang lain saling mencukur rambutnya hingga nyaris terjadi pertengkaran karena berlomba-lomba ingin mengikuti Rasulullah saw.

Demikianlah Ummu Salamah r.a. mendukung perjuangan sang suami dalam melaksanakan tugasnya sebagai Rasul Allah dengan pemikiran-pemikiran cerdasnya.

Dari masa lalu kita harus mampu belajar, mengenai aktivitas wanita muslimah yang tak luput dari ketaatannya beragama, cerdas, dan izzah (harga diri) nya sebagai wanita yang terjaga dan terpelihara dengan baik.

Satu hal yang perlu dipesankan dan harus terpatrikan pada diri para wanita, betapa kita harus berbahagia terlahir sebagai wanita. Laki-laki mana yang mampu menjadi berbagai menteri dalam waktu bersamaan. Begini ulasannya….

Wanita harus menjadi menteri pendidikan. Kenapa? Setiap malam hari ia harus mengontrol aktivitas pendidikan/sekolah anaknya. “Nak, bagaimana sekolahmu hari ini? Tadi belajarmu sampai mana? PR mu sudahkah kamu selesaikan?”.

Selain itu, wanita juga harus mampu jadi menteri agama, karena ia harus mampu menanamkan nilai-nilai agama kepada anaknya menjadi generasi yang tak saja jempolan masalah fikriyahnya, tapi juga masalah ruhiyahnya. . “Nak, ayo belajar wudhu dan shalat bareng ibu.”

Di sisi lain wanita juga harus jadi menteri keuangan dan perekonomian yang mampu mengatur segala bentuk pemasukan dan pengeluaran dalam rumah tangganya agar keluarganya tetap survive. “Nak ni ibu belikan kamu celengan, nanti sisa uang sakumu masukin sini ya..”.

Wanita juga harus menjadi menteri sandang pangan, yang harus mampu memperhatikan asupan gizi dan pertumbuhan anak-anaknya. “Sepertinya penduduk rumah belum makan sayur tempe pedot nya,, ayo dimakan,, biar sehat..”

Selain itu wanita juga harus mampu menjadi menteri kesehatan, karena generasi yang diciptakan haruslah generasi yang sehat, tangguh, kuat seperti baja ferro carbon.. (bener ga sih ni anak2 metal??) dan lagi wanita harus mampu jadi dokter dan perawat bagi keluarganya.

Kemudian, wanita juga harus bisa menjadi menteri lingkungan, yang harus mampu menciptakan lingkungan yang comfortable untuk keluarganya. Wanita yang mengerti bagaimana penataan rumah yang sehat dan bersih, memenuhi standar tata ruang sehingga aktivitas keluarga tetap dalam koridor yang ramah lingkungan dan selalu dalam suasana yang menyenangkan.

Wanita juga harus jadi menpora, yang harus mampu mengarahkan potensi anaknya menjadi pemimpin masa depan. Karena saya berkeyakinan kepemimpinan itu tidak diperoleh dari lahir, tapi dari bagaimana lingkungan membentuk seorang menjadi berkarakter pemimpin.

Selain itu wanita harus mampu menjadi menkominfo, yang mampu mengajarkan anaknya kemampuan berkomunikasi dan mendapat info kekinian. Ga ingin kan anak-anaknya terlahir sebagai anak yang ga up to date. Makanya sang ibu harus lebih dahulu meng-uptodate-kan dirinya.

Mungkin dibalik itu, masih ada jobdesk sebagai wanita yang belum terdeteksi,. Laki-laki mana yang mampu mengerjakan semua ini. Cuma wanita..! Jadi, sudah sangat pantaslah para wanita untuk berbahagia atas anugrah ini. Berbahagialah karena kau dilahirkan sebagai wanita.

Tentunya itu semua perlu persiapan sedini mungkin, tidak cukup bermodalkan berkutat di rumah, tanpa upgrade pengetahuan dan pendidikan.

Lalu pertanyaanya adalah, SEBERAPA SIAPKAH PARA KITA (para wanita) UNTUK KELAK MENJADI MENTERI –MENTERI ITU??

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top