0

Jangan salah bro, di Die Casting Kami juga Belajar Tentang Kehidupan


Bismillahirrahmaanirrahiim..

Minggu malam.. Wah enaknya ngapain ya.. Nuliis.. Rasanya sudah lama aku tidak benar-benar memberdayakan blog-ku ini. Kali ini aku akan berbagi sedikit tentang pengalamanku belajar di tempat KP (Kerja Praktik).

Awalnya, aku sempat mengurusi untuk KP di Pertamina Dumai dan alhamdulillah aku sudah diterima di sana. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku banting stir untuk pindah KP ke PT. AHM di Sunter sekalian ikut proyek bareng seniorku di sana di bawah bimbingan Prof. Bondan.

Banyak pihak yang menyesalkan kenapa aku pindah dari Pertamina terutama kakak dan ibu. Secara itu perusahaan oil dan gas yang banyak orang berpikiran tantangan di sana cukup besar dan pastinya kantong bisa tebal (hahaha :p). Mungkin beliau berharap suatu hari jika aku bekerja di sana setidaknya aku sedikit banyak sudah tau medan juangnya seperti apa (yeay :p). Tapi aku memilih atas kesadaranku sendiri, atas kemauanku sendiri, insyaAllah aku akan bertanggung jawab atasnya. ^^

Di PT AHM aku bersama empat orang temanku yang lain ditempatkan di Low Press Die Casting (LPDC) di bagian Engineering Design. Tak jarang kami melancong ke divisi lain seperti divisi polimer, machining, assembly, dll. Di lain sesi nanti aku jelaskan ya apa itu LPDC (mudah-mudahan gak kelupaan).

Alhamdulillah, Allah telah memberikan aku peluang lebih dari orang lain. Bertemu orang-orang yang cukup hebat menurutku. Berkat adanya bantuan Kak Azi Fallah, kami cukup tertolong. Beliau sangat baik pada kami. Di kantor banyak yang membimbing kami, ada Pak Nur Hadianto (bos nya deh di kantor kami), Pak Dwi, Pak Arif, Pak Bambang, Pak Edi, dan banyak lagi yang lainnya.. Bersyukur rasanya, aku di sana tidak saja diterjunkan untuk belajar proses die casting itu sendiri tapi di sana kami juga diajarkan pelajaran kehidupan. Seriusan, menurutku ini sangat limited edition di bangku kuliah.

Pernah suatu ketika, aku berbincang dengan Pak Dwi. Nasihat terucap dari mulutnya yang aku bahasakan dengan bahasa ku sendiri. Persisnya aku lupa..

“Saya tau kalian datang ke sini sudah membawa bekal. Ilmu-ilmu di kampus yang kalian pelajari sudah cukuplah. Bisa jadi kalian lebih berilmu daripada kami yang di sini. Hitungan matematis, teori, masalah yang mungkin terjadi dan apa solusinya mungkin kalian sudah tau. Tapi jadilah kalian seperti botol kosong. Yang mampu menampung apa saja ilmu yang bisa kalian ingin dapatkan. Jauhkan segala kesombongan dalam diri kalian karena itu yang akan menghambat pengetahuan datang pada kalian. Galilah terus. Jangan kalian merasa cepat puas. Bisa jadi semakin dalam kalian menggali, kalian akan menemukan banyak hal. Bisa jadi di kedalaman tertentu kalian temukan daun. Jika kalian mau lebih berusaha menggali lagi, bisa jadi kalian temukan akar pepohonan. Seandainya kalian terus melakukan hal yang sama jangan-jangan kalian menemukan mineral mulia di sana. Itulah hakikat ilmu. Jangan cepat kalian merasa puas. Serap ilmu dari siapa saja, jangan malu bertanya ke siapa pun itu. Dan suatu hari kalian akan tampil menjadi orang yang berpemahaman mantap”

The Minds is Like A Parachute. It Only works when It’s Open”


Jadi pelecut untuk diriku atas ucapan Pak Dwi. Fyuuh... Jangan-jangan aku selama ini sombong dalam menuntut ilmu, merasa sudah bisa, puas dengan yang ada. Astaghfirullah..

Belajar Loyalitas dari Mereka

Tak jarang kami melakukan interview kepada semua elemen pendukung di die casting division, Operator, teknisi, sampai kepala seksi (istilah bos di sana) kami ajak berbicara.

Di perusahaan Jepang aku belajar tentang loyalitas dan keikhlasan. Mungkin di perusahaan dari belahan dunia lain juga ada, tapi berhubung ini pengalaman pertama bekerja, ya aku jelaskan tentang Jepang aja ya..

Konon katanya, perusahaan Jepang lebih baik merekrut dan mendidik orang yang sama sekali tidak tau sampai dia mampu melakukan suatu pekerjaan ketimbang dia harus merekrut orang dari luar yang sudah punya kemampuan sebelumnya. Mungkin ada hubungannya sama UUD kali ya (UUD = Ujung-Ujungnya Duit). Tentunya ini membutuhkan proses yang tidak sebentar, bukan? Tak jarang kami menemui para karyawan dan menanyakan “Maaf, bapak sudah berapa lama kerja disini”. Jawabannya beragam. Ada yang mengatakan 10 tahun, 22 tahun, 30 tahun, dsb. Tentu ini bukan bilangan yang kecil, ya kan?

Pernah suatu ketika sebuah percakapan berlangsung di antara kami, lagi-lagi aku tidak cuma belajar sekadar die casting . Tapi juga belajar kehidupan.

A : Pak, udah berapa lama kerja di sini? B : Baru 22 tahun.. A : Wow! Gimana cara bapak bisa gak bosen mengerjakan hal yg sama setiap hari sampai puluhan tahun? A : Bosen pasti ada.. tapi itu semua dijalani saja.. Yang penting IKHLASH dan MENCINTAI PEKERJAAN... B : (diam, mikir... ternyata saya belum ada apa apa nya dibanding mereka...)

Aku tidak tau pasti apa motivasi mereka di sana. Entah itu anak istri, atau faktor-faktor lain yang mungkin aku belum bisa membacanya atau mungkin karena tidak ada pilihan lain. Yang jelas dari mereka aku belajar arti sebuah kesetiaan.

Ngomong soal loyalitas, seorang teman baikku tiba-tiba bertanya tentang militansi dan loyalitas. Gak ada angin gak ada ujan, eh tiba-tiba nanya begitu. :3. Menurutku militansi dan loyalitas merupakan tahapan. Ketika seorang sudah militan, ia bisa memiliki keloyalitasan. Belum tentu orang yang militan dia loyal, tapi orang yang loyal biasanya militan. Menurutku, militansi adalah kemauan untuk bersungguh melakukan sesuatu. Sedang loyalitas adalah suatu bentuk pengerahkan segala bentuk dukungan yang bisa diberikan untuk suatu tujuan kelompok.

Makna Sebuah Improvement

Ada sebuah “tuntutan: untuk karyawan baru di AHM untuk melakukan improvement yang bisa menguntungkan perusahaan. Aku pikir tidak saja AHM, pasti perusahaan lain juga memberikan tuntutan yang sama. Di beberapa kesempatan kami senang bertanya apa saja masalah yang terjadi di sini? Apa saja bentuk solusinya. Bentuk improvisasi yang pernah dilakukan apa saja. Ya sepik-sepik gitu lah ya.. haha :P Dengan tegas Pak Bambang (Kepala Seksi bagian Dies Maintenance) mengatakan :

“Sekecil apapun perubahan yang dilakukan adalah improvement! Operator paling barupun bisa melakukan improvement. Tak perlu besar dan terkesan high class, yang jelas improvement adalah bentuk perubahan yang mengarah ke arah perbaikan”.

Yap betul, Pak! Saya sangat sepakat. Terkadang kita selalu berpikir untuk melakukan perubahan besar yang bisa dilakukan terhadap satu hal, tapi di sisi lain kita melupakan untuk melakukan perubahan-perubahan kecil yang bisa jadi dari hal kecil itulah perubahan besar itu bermula"

---- Ya aku baru 2 pekan bekerja di tempat KP. Banyak cerita menarik lainnya. Berharap besok dan seterusnya ada cerita baru yang menggugah semangatku. Kalau ada kesempatan aku akan ceritakan tentang pengalamanku di klakson-klakson ketika di assembly division. Ini sangat tidak mengenakkan..

Wah sudah cukup malam.. Aku sudahi dulu tulisan ini ya.. Ambil saja yang baik-baiknya..

Terima kasih sudah membacanya.. Wassalaam ^^

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top