Saat itu pertama kali ku injakkan kakiku di Pantai Pangandaran. Pantai yang cukup indah. Dipagi harinya, aku sengaja bangun pagi di antara teman-temanku dan bersiap-siap untuk jalan ke pinggiran pantai.. Sejuk.. Indah.. Tapi ya agak menyedihkan karena sampah-sampah anorganik berserakkan di pinggiran pantai.. Tempatnya boleh dibilang tidak cukup ramai.. Sepi.. (yaiyalah, masih pagi gitu)..
Sebenarnya bukan ini yang ingin aku ceritakan.. Tapi yang akan aku ceritakan saat berada di Green Canyon, daerah Pangandaran juga..
Saat itu aku dan beberapa temanku (Exorta, Lita, Bima dan Fadlan) berada dalam satu perahu untuk mencapai Green Canyon. Subhanallah, tempat yang indah. Kami menyusuri sungai yang cukup lebar. Nama sungainya apa ya? Maaf, aku lupa.. Yang pasti sungai itu bermuara ke Pangandaran. Kata Bapak2 yang mengendarai perahunya, sungai itu ada buayanya juga.. Wow sereem juga..
Saat itu di antara akhwat-akhwat lain hanya aku saja yang memberanikan diri untuk ikut menjelajah sungai yang cukup deras alirannya.. Sari, Wendi dan Maya memilih untuk tidak ikut basah-basahan.. Yah padahal kamu ga dapat serunya kalau ga ikutan ke Green Canyon..
Dan itulah saat perjuangan itu dimulai.. Berada di antara batu-batu karang yang besar, dan berjuang melawan arus yang sangat deras. Bahkan kami harus bertabrakan dengan batu-batu tersebut.. Mungkin karena airnya cukup dingin, sensor rasa sakit di bawah kulit kami tidak lagi peka merasakan kesakitan.. Tapi itulah serunya.. Sesama cemet (cewek metal) kami saling membantu mengatasi kesulitan-kesulitan mengarungi arus deras..
Sampai suatu ketika kami sampai di tempat yang dituju.. Bisa dibilang lembah mungkin ya.. Ada air terjun yang tinggi dan batuan yang terjal di sana.. Kami saling berpacu untuk mencapai puncak batuan, agar bisa terjun dari ketinggian ke sungai.. Di sana kami bisa berfoto-foto.. Aku gak begitu tau, kenapa bisa ya teman-temanku bawa kamera ya.. Padahal kan basah-basahan gitu.. Kecuali kameranya dibungkus plastik atau kamera nya water resistant.
Entah kenapa saat itu aku merasa ingin balik pulang..Mungkin karena mulai bosan dan capek.. Untuk pulang kami tidak harus bersusah-payah mengeluarkan tenaga untuk melawan arus, tapi kami cukup mengendalikan tubuh kami mengikuti arus itu sendiri dan menghindar dari batu-batu karang yang bisa saja membuat kepala kami terluka jika tertabrak. Sayaaang sekali saat itu kami tidak diberikan perlengkapan helm tapi cuma dibekali pelampung badan. Gak safety banget ya..
Entah kekuatan apa yang membuatku untuk berani balik sendirian. Padahal sudah diperingatkan oleh teman-teman dan pendamping agar balik bersama-sama.. dasar bandel ya.. Padahal untuk bisa berenang saja aku belum mampu. Driving force itu datang begitu saja ketika melihat ada 2 orang yang duluan menyusuri arus. Dalam pikiranku, “Ah dia saja bisa, kenapa aku tidak?”. Ya mungkin inilah kesombonganku dengan mengganggap aku mampu melakukannya dengan gampang..
Detik 1, 2, 3 ya aku masih bisa mengendalikan arus dengan tanganku. Sampai di satu titik aku tidak bergerak sama sekali, karena mungkin ada pusaran arus yang diam di sana.. Aku mencoba berpindah sedikit agar bisa mendapati arus yang bergerak.. Dan sampailah saat itu.. Saat Allah benar-benar ingin mengujiku dengan kekuatannya yang Maha Dahsyat. Seketika air yang awalnya biasa-biasa saja berubah menjadi aliran yang sangat deras.. Deras sekali... Aku terseret.. Sangat dalam.. Sangat jauh... Aku berada di dalam air.. Meneguk cukup banyak air sungai.. Aku cuma berteriak : “Tolooooong..”. Berharap ada yang membantuku. Tapi sayang teman-temanku cuma bisa melihatku dari kejauhan ketika aku terseret begitu jauh.. Sampai tubuhku kembali ke permukaan. Tapi tak cukup sampai demikian.. Allah belum selesai mengujiku.. Aku kembali Dia tenggelam-hanyutkan semakin jauh.. Aku tak sadarkan diri. Semua gelap.. Aku pasrah.. Aku berkata saat itu, “Mautku sudah dekat, jika ini saatnya Rabb, ambillah aku...”. Ya cuma gelap... Sepertinya saat itu rasanya nyawaku sempat dicabut dari tubuhku karena sungguh aku tidak merasakan apa-apa lagi.. Hitam. Itu saja.
Sampai akhirnya aku tersadar seperti ada yang membangunkanku. Ini membuatku berpikir untuk mendekati pinggiran sungai, Allah menolongku, Dia hadirkan kekuatan untukku untuk berjuang menyelamatkan diri sendiri.. Saat itu aku cuma berpikir aku harus selamat.. Aku tidak ingin orang tuaku sedih karenaku karena mendapati anaknya tidak pulang dalam keadaan yang selamat.. Aku mencoba meraih dinding karang yang cukup tajam, mencari sekat-sekat antar batuan yang mungkin untuk dijadikan tempat bertahan.. Tidak mudah.. Karena aku harus melawan arus yang cukup deras.. Agaknya tanganku luka dan kram.. Jika aku hilang kendali batu-batu terjal siap untuk menghantam kepalaku.. Sampai akhirnya ada batuan yang bisa dijadikan untuk bertahan sejenak tapi aku tak cukup kuat karena sebagian badanku terbawa arus, tanganku tak cukup tangguh menahannya dan aku sengaja melepaskan tangan.. Aku ikuti saja arus itu, perlahan-lahan arus air mulai tidak lagi deras.. Aku mulai bisa mengendalikannya.. Sampai akhirnya aku sampai dipenantian para awak perahu..
Alhamdulillah, detik ini aku masih diberi kesempatan untuk hidup sampai tulisan ini akhirnya bisa aku rampungkan.. -------------------
Ya Allah hari itu Kau ajarkan aku sebuah pelajaran yang sangat mahal dan berharga tentang kematian.. Kau ajarkan aku agar setiap saat maut mengikutiku.. Malaikat maut tidak akan pernah mengirimkan sms jarkom padaku untuk memberitauku ; "Insani Mukhlisa, kamu dalam sekian detik akan aku cabut nyawamu. Siap-siap ya". Impossible.. Malaikat akan datang tanpa pemberitahuan.. Yang perlu kita tau dan sadari maut itu sangat dekat..
" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan" (QS Al-Ankabut:57).
“Di mana pun kamu berada kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh” (QS. An-Nisaa : 78)
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehi-dupan yang memperdaya-kan”. (QS. Ali-Imran: 185)
Tak peduli aku siapa. Tak peduli aku sedang apa. Tak peduli sudah seberapa amalku. Yang Kau mau jika waktu yang sudah tercatat di Lauhul Mahfudz itu datang masanya, aku sudah harus siap.. Apapun kondisinya..
Mulai saat ini mari kita rencanakan kematian kita.. Bekal apa yang telah kita persiapkan..
Alhamdulillah aku telah mendapat pelajaran berharga ini.. Sengaja aku abadikan, semoga ketika suatu hari seandainya aku tampak malas-malasan atau futhur, aku bisa membukanya kembali dan kembali diingatkan bahwa Allah pernah mencambukku dengan keras tentang kematian..
Sejak saat itu, ketika teman-temanku mendapat nominasi “terbaik lah, terpintar dsb”, aku mendapat panggilan “Yang Terhanyut Inez”.. Hahaha
2 komentar:
ehhh beneran ini? ngeri banget..
buat apa juga bohong... 8|
Posting Komentar